ProNews, Pandeglang – Hujan deras yang terus menerus sejak awal Desember 2020 di hampir seluruh pelosok wilayah Kabupaten Pandeglang, Banten telah menjadikan ribuan hektar sawah terendam banjir.
Akibatnya, tanaman padi yang baru berusia antara 15 hinga 45 hari setelah tanam (HST) masih digenangi banjir setinggi antara 30 sampai 50 sentimeter. Bila dalam waktu 5 hari masih terendam banjir, maka tanaman padi ini bisa menjadi fuso.
Menurut Sekretaris Dinas Pertanian Kabupaten Pandeglang, Nasir SP MBA MP, hingga pagi hari ini Selasa (08/12/2020) areal tanaman padi sawah yang masih terendam banjir itu seluas 5.219 hektar, tersebar di 12 wilayah kecamatan.
Daerah yang masih terendam banjir ini ada di kecamatan Sindangresmi 75 hektar, Cisata 40 hektar, Saketi 80 hektar, Sukaresmi 1.901 hektar, Panimbang 1.739 hektar, Sobang 185 hektar, Angsana 490 hektar, Munjul 10 hektar, Patia 175 hektar, Pagelaran 149 hektar, Cikeusik 255 hektar dan Bojong 130 hektar.
“Barusan saya terima laporan dari para PPL Pertanian, hingga pagi ini genangan air di kawasan persawahan itu belum surut juga”, ujar Nasir yang akrab disapa dengan nama Abang ini.
Untuk itu katanya lagi, saya harus kembali turun ke lapangan. “Maaf saya harus segera ke Cikeusik sekarang”, kata Abang kepada proaksinews, di kantornya jam 10 pagi. Dia di dampingi Kasi Produksi Tanaman Serelia, Sopiyah S.TP guna melakukan pendataan.
Sementara itu, Koordinator PPL Pertanian Patia, Bambang Sugiharto dan Koordinator PPL Sukaresmi, Sunara saat dihubungi via telepon membenarkan banjir yang menggenangi areal pesawahan di wilayah kerjanya, hingga saat ini belum surut juga karena hujan yang tak kunjung reda.
“Bahkan semakin meluas pak genangan airnya, dan para petani mulai nampak murung”, ujar Bambang.
Hal senada juga dikatakan Sunara. Menurut Sunara, banjir telah banyak membuat kerusakan disejumlah tempat. Bahkan di Sukaresmi ada beberapa saluran irigasi jebol akibat derasnya air yang mengalir.
“Di Sukresmi aja ada beberapa saluran irigasi yang jebol, akibat derasnya air mengalir,” tutur Sunara.
Selain areal persawahan yang terendam banjir, kawasan pemukiman penduduk di banyak kampung dan pedesaan pun mengalami nasib yang memilukan akibat banjir yang melanda rumah-rumah warga.
Hal itu termasuk rumah tinggal Koordinator PPL Pertanian di Panimbang, Johar beserta tetangganya di Desa Mekarsari. “Banjir ini masuk kedalam rumah sejak kemarin jam 2 siang, dan sampai saat ini sudah setinggi lutut orang dewasa,” kata Johar. Budiana.
Komentar