Fasilitas dan Alat Distribusi Vaksin Telah Siap

Nasional467 Dilihat

ProNews, Jakarta – Pemerintah saat telah menyiapkan sejumlah fasilitas dan alatnya untuk mendistribusikan vaksin Covid-19. Fasilitas dan alat itu baik berupa armada, alat pendingan dan lainnya telah ada, agar distribusi ke berbagai wilayah beejalan baik.

Dan masyarakat perlu untuk mengetahui, bahwa vaksin merupakan produk biologis yang memiliki kerentanan pada perubahan suhu. Oleh karena itu, umumnya vaksin perlu tersimpan pada suhu 2-8 derajat celcius, dan suhu ini harus terjaga dari pabrik sampai ke puskesmas.

Proses menjaga suhu vaksin di kondisi ideal dari awal sampai akhir inilah yang disebut cold chain (rantai dingin). Dengan begitu masyarakat menjadi tahu bahwa vaksin terjaga kualitasnya sejak awal sampai ke pemberian vaksinasi.

Demikian diungkapkan dr. Elizabeth Jane Soepardi, MPH, Pakar Imunisasi dalam Keterangan Pers Juru Bicara Penangan Covid -19 yang diselenggarakan Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Senin (30/11/2020).

Menurut dr. Elizabeth, dari manapun asal vaksinnya itu nanti, akan melalui pabrik vaksin kita di PT Bio Farma. Mereka sudah mempunyai armada untuk menerima dan mendistribusikan vaksin. Jadi kita sudah punya depo-depo vaksin. Kemudian Provinsi sudah memiliki cold room, atau lemari penyimpanan khusus.

“Vaksin yang datang dari negara asal, nanti akan melalui PT Bio Farma. Dan fasilitas untuk vaksin itu sudah siap,” ujarnya.

Elisazabeth menambahkan, Indonesia telah memiliki pengalaman bertahun-tahun dalam melaksanakan program vaksinasi. Sehingga proses distribusi vaksin di Indonesia bisa dilakukan dari Aceh sampai Papua dan sudah menggunakan sistem cold chain yang baik, hingga ke pelosok negeri.

Dan Lemari penyimpan berpendingin khusus yang ada di Provinsi, bisa menyimpan vaksin untuk jangka waktu 3-6 bulan dengan suhu terjaga di angka 2-8 derajat celcius. Pengiriman ini kemudian dilakukan secara bertahap ke level Kabupaten/Kota hingga ke rumah sakit dan puskesmas.

Kemudian saat keluar dari cold room, vaksin pun harus cepat dimasukkan ke kotak sementara yang dirancang khusus untuk menjaga temperaturnya dalam perjalanan.

“Dengan fasilitas dan armada yang ada, vaksin yang akan di distribusikan akan aman,” katanya.

Mengingat vaksinasi harus dilakukan dengan teratur agar terjaga kualitasnya, ungkap dr. Elizabeth menerangkan, Idealnya pemberian vaksin itu harus terjadwal, pada tanggal berapa, jam berapa, dan di mana lokasinya. Baik petugas yang memberi pelayanan maupun masyarakat harus tahu, sehingga pada waktunya nanti pemberi pelayanan dan yang dilayani bertemu dengan teratur.

Dengan menyusun jadwal jauh-jauh hari sebelumnya, diharapkan proses pelayanan berlangsung dengan lebih cepat. Maksimum satu orang hanya memerlukan 10 menit untuk dilayani dari pendaftaran hingga vaksinasi, tutur dr. Elizabeth.

Sementara Erlang Purbaya, Penyintas COVID-19 menjelaskan, masyarakat jangan skeptis terhadap COVID-19 karena penyakit ini benar-benar menular dengan gejala yang sangat minim, sehingga tanpa sadar seseorang menjadi postif terjangkit COVID-19. Awal kecurigaan Erlang saat dirinya terjangkit COVID-19 karena merasakan indra penciumannya tidak berfungsi.

“Gejala yang saya rasakan Cuma kehilangan penciuman saja. Waktu itu juga saya daftar tes swab, hasilnya positif,” ucap Erlang.

Sama seperti Erlang Purbaya, rekan kerjanya Erra Anggoro juga merasakan hal serupa. Namun selain kehilangan penciuman, ia juga merasakan sesak nafas hingga perlu diisolasi di Rumah Sakit Khusus Rujukan COVID-19 di Wisma Atlit, Jakarta Pusat.

Erra pun berpesan kepada masyarakat lainnya agar tetap menjaga jarak, mencuci tangan, dan memakai masker dengan patuh agar terhindar dari COVID-19 yang berbahaya ini.

“Untuk warga lainnya, belajar dari pengalaman saya dan Erra, tetaplah mematuhi protokol Kesehatan 3M. Kalau tidak perlu untuk ke luar dan hanya untuk nongkrong, lebih baik diam di rumah saja,” imbuh Erlang. Cha.

Komentar