ProaksiNews, Jakarta – Suku Dinas (Sudin) Lingkungan Hidup Jakarta Barat dalam melaksanakan kinerjanya dalam mengelola retribusi sampah terindikasi tidak sesuai tidak dengan ketentuan. Dan diduga memanipulasi retribusi sampah, yang merupakan pendapatan asli daerah (PAD) Jakarta.
Pasalnya, Pendapatan Asil Daerah DKI Jakarta dari sektor retribusi sampah tersebut, kondisinya saat ini sungguh sangat memperihatinkan. Sebab, sistem penagihan retribusi sampah yang ada di Sudin Lingkungan Hidup Jakarta Barat, laporan pemasukan retribusinya diduga banyak dimanipulasi oleh para oknum pengawasan dan Kasatpel yang ada di setiap kecamatan.
Indikasi kecurangan itu seperti yang diungkapkan warga Jakarta, Junfat kepada ProaksiNews belum lama ini. Menurutnya, akibat dugaan manipulasi tersebut, PAD dari sektor retribusi sampah terindikasi banyak yang menguap.
“Indikasi manipulasi retribusi sampah ini sangat jelas, dan ini mengakibatkan PAD diduga mengalami kebocoran,” ujarnya.
Dikatakan Junfat, ironisnya para penagih retribusi yang ada disetiap wilayah Kecamatan Jakarta Barat ditugaskan oleh seorang PJLP. Padahal PJLP itu merupakan seorang tenaga honor yang diangkat menjadi pengawas untuk menagih retribusi di setiap wilayah kelurahan dan kecamatan.
Ironisnya lagi, para penagih retribusi sampah bisa menegoisasi tagihan retribusi sampahnya kepada para usaha pertokoan, pabrik industri, dan non usaha. Negoisasi penarikan retribusi sampah itu dilakukan dengan jumlah variatif, sesuai negosasisi antara pengawsa dan pemilik usaha.
“Ironisnya lagi, dari hasil penagihan retribusi sampah dilapangan, para pengawas hanya menyetorkan wajib retribusi (WR) nya sekitar 30% dari jumlah yang ditagih kepada pihak Bank DKI,” imbuhnya.
Diungkapkan Junfat, hal itu semakin diperparah, sebab para pengawas yang melakukan menagih retribusi kepada setiap non usaha atau perumahaan yg tidak termasuk WR. Dan sistem penagihannya dilakukan melalui pihak RT dan RW, retribusi sampahnya disesuaikan dengan jumlah kesepakatan perbulannya kepada pihak petugas atau pengawas. Namun ironisnya, retribusi itu tidak distorkan ke bank sebagai PAD.
Menurut Junfat, permainan manipulasi retribusi ini sudah terjadi beberapa waktu lamanya, dan dilakukan berjamaah oleh para oknum kecamatan bekerjasama dengan Sudin Jakarta Barat. Hal ini menjadi rahasia umum, bahwa retribusi sampah menjadi lahan basah yang diduga demi mengeruk keuntungan para oknum penagih retribusi.
“Anehnya, para penagih retribusi sampah melakukan menagih retribusi sampah kepihak perumahan namun diduga tidak disetorkan sebagai PAD. Sehingga sudah menjadi rahasia umum, retribusi sampah menjadi lahan empuk dan bisnis oknum,” bebernya.
Sementara Darwin warga Jakarta Barat mengungkapkan, pihaknya menyetorkan retribusi sampah kepada yang mengaku petugas kebersihan. Penyetoran retribusi sampah itu dilakukan setiap minggu, namun bisa juga penyetoran dilakuka setiap bulan tergantung kesepakatan dengan pihak pemungut retribusi.
Dibeberkan Darwin, jumlah setoran retribusi bervariasi, hal ini sesuai negossasi kepada petugas atau pengawas. Sementara bagi warga yg bermukim di perumahan elit, maka dikenakan retribusi, padahal warga perumahan tersebut bukan merupakan WR. Sebab bukan merupakan non usaha, dan sistem penagihannya dilakukan melalui RT dan RW.
“Kita menyetorkan retribusi sampah kepada petugas kebersihan, dan itu dilakukan setiap minggu atau bulan yang jumlah variatif, sesuai kesepakatan dengan pihak petuas,” ucapnya.
Informasi yang dihimpun dari berbagai sumber, retribusi yang dipungut tersebut ada dugaan tidak disetorkan ke bank DKI sebagai PAD DKI Jakarta. Informasi juga menyebutkan, retribusi yang dipungut oleh para pengawas dan oknum Sudin Jakarta Barat diduga menjadi bancakan.
Dan indikasi permainan retribusi sampah warga perumahan ini sudah cukup lama, dan dilakukan berjemaah. Sehingga mengakibatkan kebocoran PAD, yang diduga dilakukan dengan memanipulas laporan penagihan.
Kasudin Lingkungan Hidup Jakarta Barat, Slamat Riyadi saat dikonfirmasi ProaksiNews diruanganya tidak pernah berhasil ditemui. Dan hingga berita ini diturunkan, tidak pernah memberikan jawaban. Tum.
Komentar