Proaksinews – Perkara pidana No. 25/Pid.B/2024/PN.Bks yang disidangkan Pengadilan Negeri (PN) Bekasi oleh Majelis Hakim pimpinan, Sorta Ria Neva dan anggota Basuki Wiyono serta Joko Saptono mendapat perhatian dari elemen masyarakat.
Selain mendapat perhatian masyarakat, sejumlah pihak juga memiliki kepentingan atas perkara Pemalsuan Surat yang disidangkan oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU) Kejari Kota Bekasi Arif, tersebut.
Hal ini terlihat, sebab setiap persidangan digelar sejumlah pihak kerap melakukan aksi demo. Seperti yang dilakukan Aliansi Wartawan Non-Mainstream Indonesia (Alwanmi), dan beberapa warga yang menyerukan agar terdakwa Gunata Prajaya Halim dan Wahab Halim dibebaskan dari segala tuntutan hukum.
Namun, Jaksa Penuntut dari Kejari Bekasi, Arif menyebutkan dalam persidangan, kedua terdakwa, Gunata Prajaya Halim dan Wahab Halim telah didakwa bersalah melanggar pasal, 263 dan 266 KUHPidana dan menuntut 5 tahun penjara.
Kuasa Hukum Saksi Korban/pelapor Dr. Stephanus Pelor, SH., MH dan Andryan SH, dari Kantor hukum SPP Lawfirm menyebutkan.
“Kami sebagai kuasa hukum korban perlu menanggapi beberapa hal terkait perkara No: 25/Pid.B/2024/PN.Bks yang diperiksa, diadili dan akan diputus Majelis Hakim, karena kami menganggap bahwa pemberitaan serta tekanan massa yang dilakukan oleh Para terdakwa berusaha untuk menggiring opini yang sangat menyudutkan serta tidak seimbang bagi klien kami,” ujarnya.
Untuk itu sebagai penasehat hukum saksi korban sangat dirugikan dan menyatakan sebagai berikut :
1. Bahwa telah dibuktikan serta tidak dapat dibantah, dan Para terdakwa menyewa tanah orang tua Klien kami pada tahun 1992-1999;
2. Bahwa pada tahun 2006 para terdakwa hendak membeli tanah yang disewanya tersebut kepada orang tua klien kami dan sepakat bertemu di notaris yang berkedudukan hukum di Sunter Jakarta Utara, namun pada saat sampai di kantor notaris tersebut, tanpa melalui pengecekan apapun menyatakan bahwa tanah tersebut bersengketa dan pemiliknya adalah Megawati Purnomo bukan Koran Purba berdasarkan putusan perdata no: 12/Pdt.G/2000/PN.Bks, sehingga kesepakatan jual beli tersebut dibatalkan sepihak oleh terdakwa dan notarisnya tanpa pengecekan SHM di BPN Kota Bekasi.
3. Bahwa atas dasar keterangan notaris tersebut klien kami bersama orang tuanya mencari kebenaran dengan mengecek putusan perdata tersebut ke Pengadilan Negeri Bekasi dan ternyata benar ada putusan tersebut dan orang tua klien kami dijadikan tergugat 3 dan tergugat 4 namun Alamat orang tua klien kami dipalsukan;
4. Bahwa pada tahun 2020 klien kami bertemu dengan saksi Ramin yang menjelaskan bahwa diatas tanah orang tuanya sudah dibangun pabrik kerupuk dan gudang penyimpanan batu bara oleh para terdakwa;
5. Atas dasar kecurigaan tersebut klien kami melaporkan dugaan pemalsuan yang dilakukan oleh para terdakwa bukan tanpa alasan melainkan diduga terdakwa merupakan sekongkolan Mafia Tanah dan percis melakukan, tindakan-tindakan pemalsuan sama seperti dengan keluarga Sulindro CS;
6. Bahwa pada saat pemeriksaan dikepolisian serta pengembalian batas yang dilakukan oleh kepolisian, Para terdakwa melakukan hal yang sama seperti dengan saat ini yaitu menggunakan kekuatan massa untuk menghalangi proses pemeriksaan dikepolisian tersebut, dan hal itu dilakukan hingga saat ini disetiap proses persidangan selalu mengandalkan kekuatan massa untuk menggiring opini, seolah-olah para terdakwa adalah pihak yang benar dan tersakiti;
7. Bahwa inti dari permasalahan ini adalah persengkongkolan jahat yang dilakukan para terdakwa untuk mengambil tanah milik orang tua klien kami dengan cara Pemalsuan Surat [Mafia tanah] lalu dibangun gudang penyimpanan batu-bara dan pabrik kerupuk agar seolah olah pembeli ber etikat baik padahal sampai sekarang penjual tanahnya tidak pernah bisa ditampilkan oleh para terdakwa dan perlu di ingat bahwa bukti yang tak terbantahkan yaitu surat sewa menyewa antara Terdakwa dengan Koran Purba ditanah yang diterbitkan sertifikat oleh Terdakwa, jelas Para terdakwa menyewa tanah tersebut dari Koran Purba sebagai pemilik (orang tua dari klien kami), sejak tahun 1992-1999 dan Memohon penerbitan SHM di tanah tersebut,
pada TAHUN 1998 dan 1999 Pada saat masa sewa masih berlangsung artinya dugaan Pemalsuan Surat tersebut terjadi dan dilakukan oleh para Tergugat ketika sewa tanah dengan Koran Purba belum berakhir, apakah peristiwa tersebut dapat dikatakan perdata atau Tun atau administrasi jadi bukan seperti opini yang dibangun oleh kuasa hukum terdakwa yaitu dengan alasan hukum pembeli ber etikat baik lah, lalu kuasanya bilang daluarsalah, perdatalah, administrasilah dll.
8. Bahwa para terdakwa mendalilkan tanah tersebut beli tetapi tidak dapat membuktikan beli dari siapa, padahal jelas diakui oleh para terdakwa dipersidangan bahwa benar para terdakwa menyewa tanah dari orang tua klien kami, sehingga nampak jelas niat jahat telah terbukti.
9. Kasus ini menarik, ada kisah mengenai BADU yang menyewa tanah lalu BADU mengakui bahwa tanah tersebut adalah tanah miliknya karena BADU telah menerbitkan surat kepemilikan atas namanya ditanah tersebut tanpa diketahui pemilik tanah, saat sewa masih berlangsung, lalu oleh BADU tanah tersebut dijaminkan kepada pihak ketiga/BANK untuk pencairan pinjaman, pertanyaannya apakah perbuatan badu tersebut melanggar hukum? Apakah perbuatan badu tersebut bukan merupakan tindak pidana ?
10.Bahwa kami sebagai penasehat hukum mengapresiasi pihak kepolisian dan kejaksaan dalam hal ini telah melakukan tindakan- tindakan hukum yang terukur untuk membela kepentingan rakyat yang dirugikan haknya serta tidak takut dalam tekanan massa.
11.Dan sebagai penutup kami masih meyakini hal yang sama pula bahwa Pengadilan Negeri Kota Bekasi sebagai lembaga Peradilan yang memiliki Kekuasaan Kehakiman yang utuh, tidak dapat ditekan, tidak dapat di intervensi serta masih mampu memberikan putusan yang seadil-adilnya.
“Ini merupakan tantangan untuk Majelis Hakim apakah berani menegakkan hukum atau kalah dengan Interfensi, serta apakah Palu Sidang tersebut Masih Kokoh atau Sudah Lapuk,” Tanya Andriyan. (Rino).
Komentar